Seorang penulis, ulama, dan da’i terkenal, Prof. Dr. Taufiq Yusuf Al-Wa’iy, dalam bukunya yang berjudul “Fiqih Dakwah Ilallah” (judul aslinya “ad-Da’wah ilallah“, terjemah Bahasa Indonesia diterbitkan oleh I’tishom) membahas secara khusus tentang peran nyata sekolah dalam dakwah.
Prof. Al-Wa’iy menyatakan bahwa sekolah adalah titik pemberangkatan awal lahirnya para pionir kebangkitan Islam yang bergerak menyongsong masa depan yang cerah dan hari esok yang gemilang. Sekolah dapat membangun istana megah dan luas bagi Islam, mewujudkan cita-cita, dan merealisasikan harapan.
Para guru dan aktivis dakwah hendaknya mengoptimalkan aktivitasnya di sekolah, untuk membangun generasi qur’ani yang unik dan para pemuda yang teruji keimanan serta tekadnya. Sebab mereka adalah asset umat di masa depan, tentara kebenaran dan para pembelanya yang tidak akan terlalaikan oleh dunia, tidak tergoda dengan syahwat dalam menjalankan tugasnya yang agung, yaitu risalah Islam.
Islam atau Badai Topan
Sesungguhnya, umat yang tidak memperhatikan generasi mudanya sejak dini, meluruskan kesalahannya, mengangkat cita-citanya dan menjaga perilakunya, maka akan memanen duri memetik buat batrowali (buah yang rasanya sangat pahit). Inilah akibat kemalasan, tidur yang lelap, dan sikap apatis. Sementara umat yang menjaga generasi mudanya dan membinanya dengan baik, maka ia akan memetik buah yang baik dan memanen bunga-bunga dan buah yang harum.
Demikian pula dalam skala yang lebih kecil…, keluarga yang tidak memperhatikan anaknya sejak dini, meluruskan kesalahannya, mengangkat cita-citanya dan menjaga perilakunya, maka akan memanen duri memetik buat batrowali juga.
Tidak ada yang lebih baik dalam membina generasi muda kecuali dengan risalah Islam dan petunjuk Al-Quran, sungguh benar apa yang disampaikan oleh baginda Rasulullah SAW “Tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih baik daripada etika (adab) yang baik” (HR Ath-Thabrani). Dalam sabda beliau yang lain “Muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah adabnya“.
Materi dan bahan tarbiyah yang paling baik dan utama adalah Kitabullah yang mengajarkan penanaman, pengokohan, dan penjagaan aqidah, sebagaimana firman Allah SWT “Sesungguhnya, mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambahkan petunjuk kepada mereka” (Al-Kahfi: 13).
Hendaknya semua pihak waspada –baik ayah, ibu, para pendidik, para penguasa– dari badai topan yang menggerus, topan kehancuran yang menyerang generasi yang sedang merangkak jalan, anak-anak muda yang sedang tumbuh berkembang. Topan yang meninggalkan sifat-sifat tercela, akhlak-akhlak yang buruk, serta kebiasaan-kebiasaan yang jelek sebagaimana berikut :
- fenomena permisif (serba boleh);
- fenomena taqlid buta, yaitu hilangnya kepribadian (syakhsiyyah), eksistensi, dan sikap komitmen;
- fenomena hedonis, yaitu gaya hidup yang hanya membangga-banggakan hal-hal dunia yang tidak penting;
- fenomena lacur, bersolek, campur baur (ikhtilath), serta hal-hal yang menyertainya;
- fenomena narkoba yang menghabiskan kekayaan, merusak kesehatan, dan mendatangkan berbagai penyakit;
- fenomena drop out dari sekolah;
- fenomena sakit hati, yang tercermin dalam bentuk penyimpangan seksual, memusuhi orang lain, dan mengorganisir kesesatan tersebut;
- fenomena cemas, takut, merasa kurang, dan berbohong;
- dan lain-lain
Oleh karena itu, para pendidik dan juru dakwah wajib memperhatikan sekolah dan tarbiyyah islamiyah di dalamnya, sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan bersih serta mampu mencapai cita-cita mulianya.
Drs. H. Didik Agus T, MPd
Ketua Dewan Pembina YFIB
Leave a Reply