0327-tk
0327-sd1rev
0327-sd2
0314-smp
0314-sma
PMB
previous arrow
next arrow

KEMULIAAN IBU

(By Tri Wigati Ningrum)  

Ibu, Mama, Bunda, Ambu, Emak dan beberapa panggilan serupa adalah sosok yang dirindukan kehadirannya bagi setiap anak. Bukan hanya anak-anak yang merindukan kehadiran sang Ibu, tapi juga orang dewasa sekalipun, kita semua merindukan sang Ibu jika Ibu masih ada.

Kenapa sosok ibu begitu dirindukan, tentu semua kita bukan sekedar tahu tapi merasakan betapa jasa, peran, dan juga pengorbanan ibu begitu besar dalam tumbuh kembang dan masa depan anak. Oleh karena itu agama kita menempatkan ibu pada posisi yang mulia.

Ibu merupakan sosok yang sangat dimuliakan di dunia ini. Karena dari seorang ibu, bisa lahir sosok yang nantinya akan menjadi kebanggaan keluarga, bangsa dan negara. Tidak hanya itu, perjuangan menjadi seorang ibu juga tidaklah mudah. Selain harus mengandung, ia juga harus berjuang bertaruh nyawa saat melahirkan. Tidak sampai di sana, seorang ibu juga mempunyai jasa yang sangat besar untuk merawat, mendidik dan membesarkan anaknya sampai tumbuh dewasa.

Tidak heran, dengan perjuangan yang begitu luar biasa Allah menempakan sosok ibu menjadi seseorang yang begitu mulia.

Dalam Hadits Shahih Bukhari dan Muslim disebutkan, “Siapakah orang yang paling utama mendapat perlakuan yang baik?”, Nabi menjawab, “Ibumu”. “Sesudah itu?” Nabi mengatakan, “Ibumu”. “Lalu setelah itu?”. Nabi sekali lagi menegaskan, “Ibumu”. “Kemudian?”. Baru Nabi mengatakan, “Ayahmu”.

Hadits di atas merupakan penjelasan dari Al Qur’an Surat Luqman ayat 14 yang berbunyi:

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Begitu besarnya pengorbanan seorang, hingga Islam mendudukkan posisi ibu di tempat sangat terhormat. Rasulullah bersabda, “Surga itu terletak di bawah telapak kaki ibu.” (HR. An-Nasi, Ahmad bin Hambal, dan Ibnu Majah).

Sebuah kisah yang luar biasa

Dikisahkan bahwa Rasulullah pernah berpesan kepada Umar bin Khatab dan Ali bin Abi Thalib untuk menemui seseorang yang bernama Uwais al-Qarni dan meminta doa darinya. Umar dan Ali merasa heran, apa keistimewaan dari Uwais al-Qarni ini, sampai-sampai Rasulullah menyuruh menemuinya dan meminta doa darinya.

Setelah diselidiki, ternyata Uwais adalah seseorang yang sangat berbakti kepada ibunya. Ibu Uwais sudah lanjut dan mengalami kelumpuhan. Namun, Uwais dengan segala kasih baktinya menuruti semua kemauan ibunya. Pada suatu ketika, ibu Uwais ingin sekali menunaikan ibadah haji. Namun karena keluarga Uwais termasuk miskin, ia tidak mampu untuk membeli kendaraan. Uwais pun berpikir bagaimana cara agar ibunya dapat menunaikan ibadah haji.

Kemudian, Uwais membeli seekor domba dan setiap hari digembalakannya. Tidak sebagaimana orang lain mengembala, Uwais justru menggendong dombanya, menaiki dan menuruni bukit. Semula Uwais dianggap gila oleh warga sekitarnya. Mereka tidak tahu bahwa hal itu ia lakukan sebagai latihan untuk menggendong ibunya dalam menunaikan ibadah haji. Dan benar saja, karena terbiasa menggendong domba, akhirnya badan Uwais menjadi kekar dan mampu menggendong ibunya ke tanah Makkah yang jaraknya sangat jauh.

Sesampainya di Makkah, saat Uwais dan ibunya menunaikan ibadah haji, Uwais memohon kepada Allah agar dosa-dosa diri dan ibunya diampuni. Dan Allah mengabulkan doa Uwais al-Qarni. Itulah mengapa, Rasulullah berpesan kepada Umar dan Ali untuk meminta doa kepada Uwais. Doa Uwais al-Qarni makbul (diijabah oleh Allah) karena bakti dan pengabdiannya kepada ibu.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya tabi’in yang terbaik adalah seorang lelaki bernama Uwais, ia memiliki seorang ibu, dan ia memiliki tanda putih di tubuhnya. Maka temuilah ia dan mintalah ampunan kepada Allah melalui dia untuk kalian.” (HR. Muslim).

MasyaaAllah…, bagaimana dengan kita? Sebesar apa bakti kita kepada Ibu ?

Marilah Ayah, Bunda, Akang, Teteh, Adik – Adik …., momentum hari ibu tanggal 22 Desember adalah momentum yang tepat untuk kita mengadakan kegiatan positif yang bermakna yang dapat memberikan perhatian terhadap ibu, serta mengajak semua pihak untuk menghormati ibu, menghargai ibu dan memperjuangkan hak-hak ibu, meskipun kemuliaan seorang ibu tidak dapat dibalas dengan perbuatan apa pun. Pengorbanan ibu tidak dapat dinilai dengan harta benda. Sebab cinta kasih, pengorbanan, dan sayang ibu tidak bernilai. Hanya Allah yang dapat memberikan balasan dari kemuliaan ibu dengan cinta dan kasih Allah.

Namun ada kisah yang sebaliknya :

Sejenak kita ingat sebuah kisah di masa Rasulullah. Seorang sahabat bernama al-Qamah dipandang sebagai seorang yang taat beribadah. Setiap salat jamaah di masjid ia selalu berada di saf paling depan. Al-Qamah memiliki seorang ibu, sedangkan ayahnya meninggal dunia. Dan ia juga dikenal sebagai anak yang berbakti kepada ibunya. Apa pun yang dikehendaki ibu, Al-Qamah selalu memenuhinya. Tidak sekalipun Al-Qamah membiarkan ibunya mengambil air. Karena ia sendiri yang memenuhi keperluan air ibunya.

Namun, sejak Al-Qamah berumah tangga dan tinggal di rumah sendiri bersama istrinya, ia tidak lagi memperhatikan ibunya. Melihat kenyataan yang demikian, ibu Al-Qamah merasa sakit hati. Ibu Al-Qamah tidak rela terhadap perubahan sikap anaknya. Meski demikian ibu Al-Qamah tidak pernah menceritakan sakit hatinya kepada siapa pun.

Hingga sampai pada suatu waktu, Al-Qamah jatuh sakit bahkan mendekati ajal. Para sabahat berkumpul di rumah Al-Qamah dan menuntunnya agar membaca kalimat syahadat sebelum ia menghadap Tuhannya. Tetapi yang terjadi, justru Al-Qamah yang dikenal ahli ibadah, tiba-tiba lidahnya terasa kelu. Tidak dapat mengucapkan kalimat tauhid. Melihat kenyataan tersebut, sahabat memberitahukan kepada Rasulullah. Rasul pun datang ke rumah Al-Qamah dan melihat kejadian aneh pada sahabat tersebut.

Kemudian, Rasulullah menanyakan ibu Al-Qamah. Apakah masih ada atau sudah meninggal. Sebagian sahabat yang mengetahui, memberitahukan bahwa ibu Al-Qamah masih hidup. Rasulullah berkata kepada para sahabat, “Tolong datangkan ibu Al-Qamah ke sini.” Sahabat pun menjemput ibu Al-Qamah.

Setelah ibu Al-Qamah tiba di hadapan Rasulullah, “Wahai Ibu, kesalahan apa kiranya yang terjadi pada anakmu? Jika memang ada salah, tolong dimaafkan.” Ibu Al-Qamah menjawab, “Saya sakit hati wahai Rasul. Sejak menikah dengan seorang perempuan ia tidak lagi memperhatikan saya. Jadi, mana mungkin saya memaafkan anak yang durhaka,” jawab Ibu Al-Qamah bergetar sambil meneteskan air mata.

Mendengar jawaban ibu Al-Qamah, Rasulullah mempunyai cara jitu untuk meluluhkan hati sang ibu. Beliau memerintahkan para sahabat untuk mengumpulkan kayu bakar. “Kita bakar saja Al-Qamah ini, biar cepat selesai,” begitu sabda Rasul di hadapan para sahabat dan didengar oleh ibu Al-Qamah. Melihat anaknya akan dibakar, spontan ibu Al-Qamah berkata, “Jangan wahai Rasul, jangan dibakar Al-Qamah. Saya telah memaafkan segala kesalahannya.” Dan saat itu juga Al-Qamah menghadap Allah dengan lidah lancar mengucapkan kalimat tauhid.

Demikian tetap sayang sang ibu kepada anaknya meskipun sang anak sudah tidak memperhatikannya, menyakiti hatinya dan tentu mengecewakannya. Itulah ibu yang memiliki hati yang lembut dan penyayang.

Marilah Hari Ibu dijadikan sebagai momentum bagi kita semua untuk lebih memperhatikan ibu. Selagi ibu masih ada, hendaknya kita selalu berbakti kepadanya. Selagi ibu masih hidup, kesempatan untuk berbakti dan berbuat baik masih ada. Hendaknya kita peluk ibu sebagai reaksi cinta yang tak terperikan. Berikan senyum terbaik, agar hati ibu damai berada di samping kita. Karena hanya dengan bersikap baik, ibu kita akan mendapatkan harapannya. Seorang anak yang saleh, selalu berbuat sesuai dengan kaidah Islam. Ibu akan merasa bahagia mendapati seorang anak yang membuat ia tersenyum gembira.

Bahkan, andai pun ibu sudah tidak ada, maka kesempatan untuk berbakti masih terbuka. Nabi Muhammad bersabda, “Bila seorang hamba meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfat, serta anak saleh yang senatiasa mendoakan kebaikan baginya (kedua orang tua).” (Hadits dari Abu Hurairah).

Menjadi seorang anak yang kedua orang tuanya meninggal, mendokan keduanya agar diampuni dosa-dosanya, merupakan jalan yang terbaik. Berziarah ke makam kedua orang tua, juga merupakan bagian dari nilai kebaikan seorang anak. Doa seorang anak senanatiasa diharapkan oleh kedua orang tua, meskipun mereka telah menghadap kepada Allah Swt.

Ibu telah mengorbankan banyak hal. Selanjutnya adalah kewajiban kita sebagai seorang anak untuk membalas kebaikan ibu dengan bakti dan kepatuhan. Berikan pelayanan terbaik bagi ibu, agar seorang ibu merasa bangga dengan keberadaan anaknya. Ridha Allah tergantung pada ridha ibu, maka jadikanlah ridhanya untuk mendapatkan ampunan-Nya.

Di tangan ibu kualitas generasi bangsa kita akan hebat, di pangkuan ibu anak bangsa akan tumbuh dengan maksimal, dalam dekapan kasih ibu anak-anak bangsa akan menjadi generasi yang berbudi pekerti yang luhur, dalam perhatian ibu anak – anak bangsa akan menjadi calon pemimpin yang andal.

Wallahu a’lam….


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

💬 Ada yang bisa dibantu?